.
marquee
Minggu, 27 Desember 2015
Rabu, 22 Oktober 2014
Senin, 20 Oktober 2014
SEJARAH KOREA SELATAN
Sejarah Negara
Korea Selatan
Sejarah korea dimulai sejak Dinasti Gojoseon ( Joseon
Lama) pada tahun 2333 SM. Namun pada awal abad ke-3 SM, dinasti tersebut
terpecah belah menjadi beberapa bagian. Kerajaan-kerajaan baru mulai didirikan
dan berjalan hingga negara Korea berada di bawah penjajahan Jepang.
Negara Korea terlepas dari pendudukan Jepang dan
merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945. Saat itu, Jepang mengalami kekalahan
dalam perang dan negara-negara di bawah pendudukannya satu persatu mulai
melepaskan diri. Begitu pun dengan Negara Korea. Setelah merdeka, Korea membentuk
pemerintahannya sendiri dengan presiden pertamanya, Lee Seung Man.
Tidak lama setelah pembentukan negara baru tersebut,
tepatnya pada tahun 1950-1953, terjadi perang saudara antara wilayah Korea
bagian utara dan korea bagian selatan. Pada akhirnya kedua wilayah tersebut
sepakat membagi wilayah mereka dengan perbatasan Pan Mun Jom.
Republic of Korea, Daehanminguk ( Bahasa Korea )
terletak di Asia Timur, tepatnya di sisi selatan Semenanjung Korea. Dengan ibu
kota terletak di Seoul, Korea Selatan mempunyai suatu bunga nasional yang
selalu dibanggakan, yaitu Bunga Raya Sharoon ( Mu Gung Hwa). Iklim di Korea
Selatan adalah subtropik dengan empat musim. Ae Gug Ga adalah lagu kebangsaan
Korea Selatan dan taekwondo merupakan olahraga nasionalnya. Korea Selatan juga
mempunyai pakaian adat yang sering digunakan dalam kegiatan adat, yaitu hanbok.
Korea Selatan adalah sebuah negara yang dengan
cepat menjadi negara maju yang bertaraf hidup tinggi. Korea Selatan juga
merupakan negara yang tingkat ekonominya tinggi, yaitu ke-4 di Asia dan ke-15
di dunia. Kemajuan ekonomi Korea Selatan didukung oleh perusahaan elektronik,
kereta, kapal, minyak dan gas, serta robot.
Bendera Negara Korea Selatan disebut Taegeukgi dan
terdiri dari tiga bagian; latar berwarna putih, taegeuk berwarna merah dan biru
ditengah , serta empat trigram ( gwae ) di setiap sudut bendera.
Latar berwarna putih melambangkan cahaya, kesucian,
dan cinta. Sedangkan taegeuk sendiri melambangkan kejujuran dan perpaduan
antara surga dan manusia. Taegeuk disebut juga eum dan yang, keduanya tak
terpisahkan dan membuat segala hal di dunia ini bersirkulasi, menghasilkan
harmoni, dan menciptakan kreasi baru.
Keempat trigram melambangkan filosofi kedamaian yang
direalisasikan lewat perputaran dan pekembangan taegeuk. Geon yang terletak di
kiri atas pada sisi ‘yang’ yang kuat melambangkan keadilan Tuhan. Gon
yang terletak di kanan bawah pada sisi ‘eum’ yang paling kuat melambangkan
kelimpahan. Gam yang terletak di kanan atas melambangkan kebijaksanaan. I yang
terletak di kiri bawah melambangkan cahaya.
PERKEMBANGAN KOREA
SELATAN
Jatuh
bangun mewarnai sejarah panjang negeri di semenanjung Korea ini. Sikap
patriotik dan daya juang masyarakat Korea begitu heroik yang pada akhirnya
mengantarkan negara ini tampil sejajar dengan negara-negara maju di dunia.
Betapa tidak, dalam waktu empat dekade, sejak merdeka dari penjajahan, Korea
Selatan menjelma sebagai negara paling kaya dan tercanggih di dunia dengan
nilai ekonomi triliunan dolar.
Padahal
tahun 1950,
Korea Selatan masih tercatat sebagai salah satu negara termiskin di dunia.
Boleh dibilang sama miskinnya dengan negara-negara di benua Afrika dan Asia.
Hingga satu dekade berikutnya, negeri ini masih tertinggal dari tetangganya
Korea Utara. Perekonomian pun masih hanya mengandalkan dari pertanian. Tak
hanya itu, negeri gingseng ini pun miskin akan sumber daya alam. Belum lagi
akibat pendudukan Jepang maupun Perang ‘saudara’ Korea, negeri ini nyaris
hancur. Dengan pendapatan per kapita negara masih di bawah 100 dolar Amerika
Serikat –sama dengan Indonesia— Korea Selatan terus berpacu dengan waktu.
Di awal
1960-an,
Korea Selatan masih baru mampu membukukan income (pendapatan) per kapita sekitar 80
dolar per kapita. Tahun 1963, merangkak ke 100 dolar . Di tahun 1995 melonjak
menjadi 10.000 dolar. Dan 2007 kemarin, menyentuh angka 25.000 dolar per
kapita. Dengan kata lain, pendapatan per kapita Korea naik 235 kali lipat.
Sementara Indonesia di tahun yang sama hanya mampu melipatgandakan 31 kali
saja, yakni 2.200 dolar per kapita.
Sebagai
salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor
ekspor impor yang memukau, dengan nilai ekspornya merupakan terbesar kedelapan
di dunia. Sementara nilai impornya terbesar kesebelas. Melihat gelagatnya yang
terus meningkat, Goldman Sachs memprediksikan Korea di tahun 2050 nanti akan
menjadi Negara terkaya nomor 2 di dunia. Korea pun bakal dicatat sebagai bangsa
dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah manusia di muka
bumi.
Memang,
krisis ekonomi yang melanda Asia di tahun 1997 mau tidak mau merontokkan
pertahanan perekonomian Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar,
pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin. Lewat
sektor industri dan konstruksi, ekonomi Korea Selatan mulai bangkit kembali
pada 2002.
Tengok
saja, kini produk-produk elektronik Korea Selatan, Samsung dan LG, telah
menguasai dunia. Mulai dari telepon seluler (ponsel) canggih, televisi plasma,
LCD, sampai semikonduktor. LG tampil sebagai perusahaan pembuat panel plasma
terbesar di dunia. Begitu pula dengan Samsung, kini dikenal sebagai konglomerat
terbesar di dunia –yang tak kalah besar dari General Electric. Pun dengan
Hyundai dan Samsung Heavy Industries, adalah industri pembuatan kapal terbesar
di dunia dan mengalahkan Jepang sejak tahun 2004. Sebagai industri otomotif,
Hyundai juga menjadi perusahaan otomotif ke 5 terbesar di dunia.
Infrastruktur
teknologi yang dikembangkan Korea Selatan telah mampu mengantarkannya sebagai
Negara termaju. Sejak tahun 2000, seluruh masyarakat Korea Selatan telah
menikmati jaringan internet 100 Mbit per detik, siaran televisi interaktif
kelas high-definition, hingga teknologi komunikasi 4G.
Strategi
Besar yang dilakukan Korea
Perekonomian
Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun industri-industri standar
negara berkembang, seperti tekstil, sepatu yang mudah dan ringan. Rupanya,
penguasa negeri gingseng ini tak mau setengah-setangah. Segala kebutuhannya
telah dipersiapkan sejak dini, mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia
dan pengetahuan untuk level industri selanjutnya. Sebut saja, industri berat
dan strategis, baja, otomotif, perkapalan dibangun bukan untuk dimajukan tapi
untuk menguasai dunia.
Memang,
orientasi pada pasar ekspor sudah sejak awal dipersiapkan Korea Selatan sebagai
‘strategi besarnya’ untuk menguasai market (pasar) dunia. Karena mereka sadar,
dengan kondisi sumber daya alam yang sangat terbatas dan market dalam negeri
yang kecil. Satu-satunya jalan adalah export oriented seperti yang dilakukan juga oleh
Jepang.
Untuk
melancarkan strategi tersebut, pemerintah memberikan dukungan penuh pada dunia
usaha. Dengan menyediakan infrastruktur, modal yang murah, pengenaan
pajak yang rendah untuk industri unggulan, dan menyiapkan sumber daya manusia
berkualitas tinggi. Efisiensi dan manajemen mutu pada level birokrasi. Dimana
para birokrat dididik dengan proses belajar dan disiplin kelas dunia serta
berkualitas. Pemangkasan inefisiensi mampu menelorkan kebijakan bermutu tanpa
harus melupakan aturan birokrasi.
Nasionalisme
Tak sekadar
berorientasi pada ekspor, pemerintah pun mengajak kalangan konglomerat Korea
Selatan, seperti Hyundai, Samsung, dan LG untuk tampil bersama sebagai pejuang
yang sangat nasionalis. Mereka berjuang mati-matian menembus pasar dunia demi
kemajuan bangsa. Ya, dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah sekalipun.
Para
pemimpin Korea Selatan juga punya visi ke depan dalam penyerapan dan
pengembangan teknologi. Setidaknya, inilah salah satu kunci dari semua
bangsa-bangsa termaju. Di tahun 1959, pemerintah Korea Selatan sudah mendirikan Korean
Atomic Energy Commision. Setahun kemudian, Kementerian Sains dan
Teknologi dibentuk. Lalu menyusulKorea
Institute of Science and Technology yang dibentuk untuk riset industrial.
Dari
sinilah langkah berikutnya proses pembelajaran sains dan teknologi dilakukan
secara besar-besaran. Tak tanggung-tanggung, para ilmuwan asing dan segala
macam teknologi terbaru dari Barat diserap habis-habisan. Sejak era
1970-an, meski berat, pemerintah telah memberikan lebih dari 20 persen
anggarannya untuk mengakselerasikan proses belajar bangsa itu. Generasipenerus
Korea Selatan juga didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka
dunia. Riset dan penelitian digalakkan, orang-orang serta badan-badan riset
yang unggul diberi dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri
dengan potensi pasar masa depan yang besar dianalisis dan dikejar
habis-habisan, baik oleh pemerintahnya maupun swasta.
Hasilnya?
Saat ini Korea Selatan memiliki industri otomotif, semikonduktor, elektronik,
pembuatan kapal, dan baja yang bermutu. Pengembangan industri-industri
strategis masa depan lainnya, seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknologi
Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa sudah bisa dinikmati dan
menguasai dunia. Manusia Korea Selatan memiliki rangking teratas dalam
kemampuan matematika, sains, problem solving dan membaca dalam peringkat OECD (Organisation for Economic Co-operation and
Development).
Menurut
ekonom Korea Institut for International Economic
Policy, Chuk Kyo Kim, keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas
dari perhatian besar pemerintah Korea Selatan pada pendidikan, pembangunan
sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Cinta
Produk Lokal
Tak
dipungkiri, kemajuan ekonomi dan perindustrian Korea Selatan tak lepas dari
penguasaan bangsa Korea dalam industri manufaktur yang berkembang menjadi
riset-pengembangan. Tak hanya itu, penguasaan industri ini didukung penguasaan
pasar lokal oleh bangsanya sendiri. Dengan lakunya produk-produk yang
diproduksi perusahaan lokal berarti perusahaan lokal akan terus maju dan
berkembang menjadi besar bahkan raksasa. Hal ini berdampak langsung pada
penciptaan lapangan pekerjaan. Hasil pertumbuhan industri dan ekonomi digunakan
untuk kemakmuran bangsa Korea.
Setidaknya,
selain ‘political will’
dari pemerintah yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat
Korea sudah terbentuk dengan bangga dan cinta menggunakan produk lokal. Konon, orang
Korea paling benci menggunakan produk dari negara yang pernah menjajahnya yakni
Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara bertahap dan mandiri, mereka
memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta akan produk dalam negeri ini
membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea tampil sebagai leader
market di dalam
negeri sekaligus bertahap leading di luar negeri.
Boleh
dibuktikan, produk-produk dari brand Samsung, Hyundai, KB Financial Group,
Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG
menjadi pilihan utama warga Korea.
Merdeka
Di Tahun yang Sama
Korea
Selatan dan Indonesia sama-sama terbebas dari penjajahan Jepang pada tahun
1945. Hanya selisih dua hari saja setelah Korea Selatan merdeka, Indonesia pun
memproklamirkan diri sebagai republik. Kondisi perekonomian yang morat marit,
manajemen pemerintahan yang rawan konflik, kualitas sumberdaya manusia yang
rendah hingga munculnya konflik kepentingan mewarnai perjalanan kedua republic
pasca kemerdekaan.
Namun
negeri Korea yang minim sumberdaya alam mampu meninggalkan jauh Indonesia.
Setidaknya, kemajuan yang ditunjukkan Korea Selatan pada dunia selama ini dapat
diambil pelajaran.
Langganan:
Postingan (Atom)